Pertemuan pertama dengan calon Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) nomor urut 2, Anwar Hafid telah membuat simpatisan pasangan BERAMAL (Bersama Ahmad Ali-Abdul Karim Aljufri) memutuskan untuk beralih dukungan. Seorang warga asal Pagimana sekaligus Fahrudin Kamaru, menyatakan bahwa pidato Anwar Hafid membawanya pada keputusan untuk berpindah haluan politik.
“Benar ini pertama kali saya melihat langsung Pak Anwar, ketika beliau pidato, disitu saya yakin berpindah dukungan,” ucap Fahrudin, Kamis (24/10/2024).
Fahrudin menceritakan, awalnya ia hanya penasaran datang ke acara sosialisasi duet BERANI (Bersama Anwar-Reny). Ia ingin membandingkan gagasan antara Anwar Hafid dan kandidat yang sebelumnya ia dukung.
Ternyata, Fahrudin mendapati Anwar Hafid jauh lebih memiliki banyak kelebihan ketimbang pesaingnya. Dengan semua rekam jejak dan pengalamannya, gagasan Anwar Hafid jauh lebih sesuai dengan kebutuhan rakyat.
Sebagai seorang ayah, Fahrudin menyoroti program pendidikan milik Anwar Hafid paling didambakan olehnya. Ia berkeinginan anaknya bisa sekolah hingga jenjang perguruan tinggi.
“Saya juga kan seorang ayah, saya ingin nanti anak saya dikuliahkan juga oleh Pak Anwar ini. Karena ini soal pendidikan sangat penting,”ucap Fahrudin.
Sebagaimana diketahui, program Berani Cerdas yang digagas Anwar Hafid menawarkan pendidikan gratis hingga tingkat perguruan tinggi bagi anak-anak Sulawesi Tengah. Hal ini menjadi daya tarik utama bagi rakyat Sulawesi Tengah yang menginginkan masa depan lebih baik bagi generasi muda di Sulteng.
Terlebih, program ini sukses dilaksanakan Anwar Hafid ketika menjabat sebagai Bupati Morowali. Rekam jejak ini semakin menambah keyakinan rakyat Sulteng untuk memilihnya sebagai Gubernur Sulteng selanjutnya.
Keputusan Fahrudin untuk mengalihkan dukungan menunjukkan semakin banyaknya masyarakat yang terkesan dengan visi dan program yang ditawarkan oleh pasangan Anwar Hafid dan Reny Lamadjido, serta keyakinan bahwa kepemimpinan Anwar Hafid akan membawa perubahan nyata bagi kesejahteraan rakyat Sulawesi Tengah.